Minggu, 07 Juni 2009

Seni Instalasi di Spelanta

Hidup adalah proses pembelajaran dan perjuangan yang tak kenal lelah dan menyerah…

Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu hidup menjadi lebih maju dan mudah, serta dengan seni; hidup akan menjadi lebih indah.

Lalu bagaimanakah mengajarkan seni dengan cara yang terarah, mudah dan indah? Ya.., pada postingan istimewa kali ini, Joni Balbo akan berbagi sedikit pengalaman tentang bagaimana mencoba mengupayakan dan menerapkan itu semua dengan cara yang "menyenangkan".

Sekedar untuk dimengerti pengunjung Zibalbogallery; bahwa blog ini dibangun salah satunya dilatar belakangi “konsep Zi”; yaitu semangat belajar dan mencoba mengajarkan pada diri sendiri tentang “bagaimana belajar menjadi baik dan lebih baik lagi?”.

Bukan bermaksud untuk menggurui, namun karena di dunia nyata, Joni berprofesi sebagai pengajar (meski bukanlah guru terfavorit, tapi saya berupaya menyenangkan di tengah-tengah murid-muridku :) jadi mohon dimaklumi bila “suasana kelas” terbawa pada postingan kali ini… :)

Jika beberapa bulan lalu Joni Balbo memosting karya poster kelas 8 (Parade Poster Karya Siswa Spelanta), maka pada edisi “mendidik dan mengajar” kali ini, Joni akan berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mengajarkan proses berkesenian (khususnya seni instalasi) untuk para ABG di sekolahan..?

Berikut laporannya…

Jika di antara Anda ada yang berprofesi sebagai pengajar, maka memberi contoh konkrit dan mendemonstrasikan di depan kelas, saat proses pembelajaran berlangsung, adalah cara yang “mengagumkan” dan menyenangkan dalam pandangan murid-murid.
Mendemonstrasikan karya seni instalasi pribadi, memberi contoh yang bersumber dari internet dan menampilkannya lewat media LCD, atau dengan memberikan contoh foto-foto seni instalasi terkini, hingga sampai bagian pokok pelajaran yaitu memberi penjelasan tentang pengertian dan manfaat mempelajari pelajaran yang dimaksud, akan memberikan cakrawala yang luas, bahwa belajar seni “yang baik” adalah yang mampu menyentuh semua lini kehidupan.

Metode selanjutnya yang saya terapkan di kelas adalah dengan membagi tiap kelas menjadi beberapa kelompok (1 kelompok terdiri dari 6 siswa), pertemuan demi pertemuan diupayakan efektif, karena jumlah jam pelajaran seni di sekolah hanya 1 jam / 40 menit untuk tiap minggunya (menyedihkan memang).

Biasanya sebelum pelajaran serius dimulai, saya kadang berbagi pengalaman pribadi, serta berbagi info dan cerita lucu yang didapat dari internet, kadang joke2 konyol dan garingpun menjadi menu warming up dalam proses pembelajaran. Dengan cara seperti ini, saya sangat mengerti bahwa siswa pasti akan merasa senang mendengarkannya (saya bisa bicara seperti ini berdasar pengalaman di kelas ketika melihat ekspresi wajah mereka saat mendengarkan kegagalan saya dalam berkompetisi, apalagi sebuah kemenangan).

Setelah itu semua dirasa cukup, saya kemudian mengharuskan anak-anak untuk berdiskusi di setiap kelompoknya dengan durasi 5-10 menit, hingga akhirnya saya menghampiri masing-masing kelompok dan melakukan share dan brainstorming untuk memperkuat konsep tentang karya yang mereka rencanakan. Memberikan kebebasan mereka memilih tema sesuai dengan selera kelompoknya, serta memberikan kebebasan berpikir sesuai jiwa remaja dengan tidak terlalu “mendekte” adalah bagian upaya menumbuhkan kreativitas “tanpa batas”. Mengajak siswa berpikir krtitis terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar adalah salah satu tujuan dari pembelajaran ini. Dengan cara mengadopsi bimbingan ala skripsi seperti apa yang pernah saya alami di perguruan tinggi, dan mengajarkan bagaimana cara menyusun konsep laporan secara sederhana, hingga proses berkarya sampai mengujikannya di depan penguji merupakan bentuk pertanggung-jawaban dari sebuah proses pembelajaran yang menantang.

Jika sebagian dari Anda pernah menjalani ujian skripsi, kurang lebihnya begitulah cara saya menguji murid-muridku, karena kapasitas mereka sebagai pelajar kelas 9 (kelas 3 SMP), tentu ujian dilakukan tidak “seekstrim” di perguruan tinggi, alias dilakukan secara berkelompok. Di depan guru penguji, masing-masing siswa dari setiap kelompok diminta mempresentasikan proses kreatif hingga demonstrasi dengan ending tanya jawab dan debat pendapat menjadi bagian yang seru di episode ini. Dalam ujian akhir, untuk membuat ujian “benar-benar ujian”, Joni menggundang Mr. Ali Antoni, teman guru dari luar sekaligus berprofesi sebagai seniman dan budayawan yang memang pakar di bidangnya.

Luar biasa anak-anak berpendapat dan memainkan bahasa simbol sesuai dengan perspektifnya, banyak ditemukan siswa-siswi piawai beradu argument dan berpotensi menjadi “seorang ahli di kemudian hari”, sesuai dengan minat dan keahliannya pada mata pelajaran tertentu dan hal ini kadang yang membuatku tecengang, hingga akhirnya sayapun dengan jujur justru banyak “berguru” dari mereka :)
Untuk ukuran pelajar SMP, karya-karya mereka menurutku sudah luar biasa, baik dari segi konsep maupun visualnya.
Seperti apa saja karya mereka? Berikut karya-karya seni instalasi terpilih dari siswa-siswi Spelanta (SMP N 9 Yogyakarta)


Karya Satya CS dari kelas 9D; diilhami dari “runtuhnya” perekonomian Amerika yang mempengaruhi dampak perekonomian global. Karya dengan mengadopsi permainan domino yang berbahan kardus bekas yang dibentuk dan dirangkai menjadi balok-balok berjumlah belasan, mulai dari balok yang berukuiran 25 cm x 25 cm x 10 cm, hingga balok yang berukuran 150 cm X 150 cm x 20 cm. Untuk mendukung konsep perekonomian, maka “disebarkan” uang seribuan hingga ratusan ribu rupiah di antara balok-balok simbol berbagai lambang negara di dunia. Sebagai bagian akhir presentasi
agar lebih dramatis, diakhiri dengan demonstrasi karya tersebut dirobohkan dari balok berukuran besar (simbol bendera Amerika) sehingga “menimpa” balok-balok yang lebih kecil di depannya.


Tema pemanasan global paling sering muncul pada karya seni instalasi ala Spelanta kali ini, dengan berbagai visualisasi yang beragam, misalnya karya Andy Setia cs dari 9F yang lebih menyerupai seni patung, dengan membuat globe dari bola plastik dan patung tangan yang sedang menyalakan korek api dan “membakar” bumi. Juga karya dengan konsep lapisan ozon yang berlubang dengan menggunakan dua bola plastik dengan ukuran yang berbeda tampak pada karya Yanwar cs kelas 9B. Ada juga globe tiruan dengan konstruksi rangka kawat yang di dalamnya berisikan balon kemudian pada bagian akhir presentasi dilakukan ritual meledakkan "balon bumi" tersebut dengan pompa angin.
Tema kebakaran hutan juga muncul dari kelas 9C, dengan ending presenstasi karya benar-benar dibakar, yang menggambarkan kasus kebakaran hutan di beberapa daerah di Indonesia.


Pengalaman exotic erupsi gunung Merapi juga menjadi sajian yang menarik pada ujian kali ini, yaitu karya M. Hasbi Cs. dari 9B; dengan membentuk miniatur gunung Merapi dari rangka kawat yang didalamnya terdapat botol kemudian dilapisi bubur koran bekas. Dengan bagian akhir demonstrasi memasukkan cuka kedalam “gunung” yang berisi soda abu, sehingga menimbulkan “erupsi lahar”, simulasi meletusnya gunung Merapi terwakilkan pada karya ini.


Konsep kerusuhan antar suporter sepak bola tampak pada karya Ade Fadil CS. dari kelas 9E. Persepakbolaan Indonesia yang mengalami kemunduran, ditambah sering terjadinya kasus kerusuhan antar suporter saat kompetisi lokal berlangsung. Kerusuhan yang dalam pandangan anak-anak kelas 9E akan dapat menurunkan martabat persepakbolan Nasional di mata dunia divisualisasiakan dengan replika stadion sepak bola. Dengan pendukung konsep menggunakan kelereng yang berwarna warni yang “diletakkan” pada tempat duduk dengan kemiringan tertentu, kemudian dengan demonstrasi membuka batas pagar sehingga terjadi benturan-benturan antar kelereng yang merupakan simbolisasi saat terjadinya kerusuhan antar suporter sepakbola di Indonesia.


Konsep budaya lokal yang mulai pudar akibat pengaruh globalisasi, kesenjangan antara masyarakat miskin dan kaum borju, hingga pencurian budayapun hadir di sini. Salah satu karya tentang keprihatinan "hak paten" divisualisasikan dengan patung kancil yang “membawa batik” dan sedang melompat dan menyeberangi dua negara.


Tema pemilu seperti tampak pada karya Riris Cs. 9E merupakan bentuk “penyindiran” dari para calon legislatif, yang saat pemilu berlangsung begitu gencar tebar pesona. Dengan menggunakan media yang sederhana, yaitu bola plastik yag dicat kuning “ngejreng” dengan bibir merah yang "ndobleh", tiruan kepala yang lebih menyerupai maskot tersebut memakai peci dan dasi, melambangkan caleg yang sedang “mengobral” janji.

Tema keragaman budaya bangsa juga tervisualisasikan di sini, yaitu tampak pada karya kelas 9D, dengan media botol yang diisi air beraneka warna dan dengan ketinggian air yang berbeda, sehingga ketika botol tersebut dipukul menghasilkan nada-nada yang harmonis, yang melambangkan keberagaman budaya Indonesia. Perpaduan antara resonansi dalam ilmu fisika, seni musik, seni rupa dan budayapun berpadu di sini.

Kembali ketema pencemaran udara, namun dengan visualisasi yang unik, terdapat pada karya Hasbi cs kelas 9B, yaitu dengan memasukkan miniatur kota ke dalam aquarium, pada bagian dasar aquarium dihubungkan dengan dua buah selang, satu selang dihubungkan dengan botol berisi air susu dan satunya lagi dihubungkan dengan botol berisikan solar. Pada bagian demonstrasi tampak atraktif sekali. Air yang jernih melambangkan udara yang bersih, munculnya gelembung-gelembung solar dari dasar aquarium kemudian membentuk "lapisan ozon", dan pada bagian akhir, air susu dipompakan sehinggah air dalam aquarium menjadi keruh, sebagai gambaran pencemaran udara di suatu kota tampak benar-benar nyata.

Terpilihnya Obama sebagai presiden keturunan kulit hitam pertama di Amerika juga diangkat dalam karya seni instalasi di Spelanta. Visualisai Obama dari mannequin yang “didandani” ala malaikat, menurut Dealina Cs dari 9A merupakan simbol kesetaraan ras di Amerika.

Juga tema-tema lainnya, misal konsep "masa lalu" dengan visualisasi jam dinding yang di bongkar pasang sehingga jarum jamnya berjalan berlawanan. Juga tema simulasi gempa bumi di Jogja, kasus lumpur Lapindo, kasus kebocoran kunci jawaban UAS di beberapa sekolah di daerah, suap-menyuap dalam kampanye, korupsi hingga perang Israel & Palestina yang pernah berkecamuk tak luput dari tema seni instalasi di Spelanta. Karena keterbatasan gallery ini, beberapa dokumentasi dari karya tersebut tidak dipublikasikan di sini, kiranya karya di atas cukup mewakili dari tema postingan “mendidik dan mengajar” kali ini. Semoga..

Sebagai penutup; melalui Zibalbogallery; dicipta Pencipta, untuk mencipta, saya atas nama Guru mengucapkan salut dan bangga pada siswa Spelanta… BRAVO SPELANTA! :-D

Demikian pengalaman mengajarkan seni instalasi ala Spelanta yang dapat Joni bagikan, kritik sekaligus saran sangat diharapkan, dan semoga apa yang sedikit ini bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pengajar seni dan pendidikan seni tingkat menengah di negeri ini…. Amien


Best Regards,
Joni Balbo

9 komentar:

Ali Masadi mengatakan...

bagus bagus juga bos karya para siswa mu... sallit deh.. pokoknya... ngerti ngono TA ku ndisik tak kon nggawekke wae yo... he..he...

Anonim mengatakan...

termotivasi untuk terus berkarya supaya anak2 didik termotivasi untuk maju juga...salut!!! tak perlu tunggu tunggu tua untuk jadi bijaksana.

MyMia

Joni Balbo mengatakan...

#Ali;
tengkyu untuk apresiasinya...

btw, kl TAnya suruh mngerjakan mereka, waktu u nyusun TA mereka masih SD bos, he he...

#MyMia;
tengkyu juga untuk apresiasinya...

termotivasi terus berkarya dan mencoba bijaksana, insyaallah selagi bisa.. :)

antown mengatakan...

yoi, saya salut sama siswa2 itu. masih pelajar sudah kreatif betul. lanjutkan sob!!

Joni Balbo mengatakan...

#antown;

Lanjutkan? ini bukan bernada kampanye kan bos? he.. he..

ok, tengkyu untuk apresiasinya, ntar aku smpkn ke murid2ku :D

Anonim mengatakan...

Sip...adietsign

02/07/11/23/24/28 - 9dhe mengatakan...

Pak protes, koq karya kita tidak termuat

yang tangan berdarah itu lho.

Joni Balbo mengatakan...

#adiet;
tengkyu...

#9D;

waduh... ada yang protes rupanya... he he..
ya, protes diterima :)
"tangan berdarah" hasil karya kelompokmu juga keren kok, salut dah pokoknya, tp mohon dimaklumi juga, kl smua karya anak dipajang, kan gallery ini punya keterbatasan? betul kan?
tp percaya saja karyamu dapat nilai bagus kok, bukan berarti tidak dipajang, berarti tidak bagus. OK?

mohon dimengerti... Peace :)

Anonim mengatakan...

Wah aku jadi bingung nih pak mau bikin karya instalasi apa. Moga bisa cepet selsai ya.