Postingan ini merupakan renungan pribadi yang didedikasikan untuk sesama pemburu dan penggila kompetisi desain logo khususnya para pemula. Untuk mendukung isi postingan, sengaja Joni Balbo simbolkan dengan mendesain dan meminjam peristiwa proses pembuahan dalam rahim. Metafora tersebut sepertinya tidaklah berlebihan dan cukup representative dengan maksud judul logoMANIax dari Joni Balbo.
Di dalam rahim, ketika ribuan sel sperma telah ditanamkan oleh tuannya, dia akan berenang-renang berlomba-lomba ingin menjadi yang terdepan untuk dapat membuahi sel telur. Jika kita kontekskan dalam sebuah kompetisi desain logo, peserta layaknya sebuah "mani" yang punya ambisi dan mimpi untuk menjadi best of the best diantara ribuan mani (kompetitor) lainnya. Sedangkan kata LogoMANIax disini hanyalah istilahku untuk menganalogikan kedua konsep tersebut dan akhiran x pada kata logomaniax untuk membedakan istilah logomania dalam kamusnya Mr. Google yang berarti dorongan suka berbicara. Namun, dalam kamus kreatif Zibalbogallery; LogoMANIax berarti benar-benar tergila-gila pada sebuah kompetisi yang bernama "kompetisi desain logo". Jika anda merasa bagian dari logoMANIax, silahkan menelaah isi postingan ini.
Dari pengalaman mengikuti kompetisi desain logo, chatting & sharing tentang logo, serta blogwalking ke sesama logoMANIax memberi inspirasi untuk menulis tema postingan ini. Mungkin curahan dari seorang Joni Balbo dapat mewakili logoMANIax lainnya walaupun tidak sepenuhnya tentunya. Small is beautiful, "Simplicity is the Ultimate Sophistication". Dalam budaya kontemporer seorang pakar semiotika Charles Sanders Pierce mengatakan bahwa alam ini dipenuhi dengan tanda. Tanda adalah simbol yang menyediakan sekian banyak pengertian dan pemaknaan, beberapa tanda tersebut juga tercermin dalam sebuah logo. Sebuah simbol estetik penuh dengan doa, makna dan cita-cita…
Apa yang membuat Joni Balbo tergila-gila dengan sebuah seni grafis kecil mungil yang bermakna mendalam bernama logo? dalam konteks kompetisi desain logo, tidak hanya panitia penyelenggara yang menjanjikan hadiah dari 1 juta bahkan sampai 100 juta rupiah, sebuah angka yang sangat fantastis bagi saya tentunya, tetapi mengikuti kompetisi desain logo, adrenalien kreativitas seperti panas membara dan terpacu untuk berpikir kreatif, membuat hidup lebih hidup, bermakna dan berwarna. Syukur-syukur bisa tembus dan memenangkan kompetisi bergengsi, sebuah pengalaman hidup dan perjalanan karier yang tak ternilai harganya…
Satu tahun terakhir instansi baik negeri maupun swasta banyak yang berganti wajah dengan mengganti logonya, departemen/corporate satu mempengaruhi lainnya, sehingga seolah-olah trend ganti corporate identity melalui sayembara merupakan pilihan alternatif yang dilalui, hal ini menunjukkan pergeseran budaya baik logo pemerintahan maupun swasta yang berbau jadul mulai mengikuti perkembangan zaman dan mempunyai wawasan kedepan. Kondisi demikian tentu menjadi ladang dan kesempatan emas bagi kreator baik amatir maupun professional untuk unjuk gigi dan larut didalamnya.
Sebagai pemula di dunia kompetisi perlogoan Indonesia, Joni Balbo masih ingat persis dari percakapan tanggapan di YM dengan seorang guru logo bernama Ecodezign; “ambisi & mimpi untuk menaklukkan kompetisi logo tak ubahnya ingin menuju suatu tempat, kita tentu perlu “wahana” untuk menuju kesana, mengendarai sebuah mobil mewahpun tentu dibutuhkan bahan bakar yang berkualitas agar mampu meluncur dengan kencang serta kemampuan menyetir yang lihai pula tentunya”. Memang jika kita kontekskan dengan kompetisi logo, faktor X (keberuntungan), subyektifitas dari seorang juri sangatlah besar.
Jonipun masih ingat kekurang setujuan dari seorang Ecodezign terhadap kompetisi desain logo khususnya corporate identity, karena “untuk membuat corporate identity yang benar-benar ideal tentu seorang kreator harus tahu denyut nadi dapur dari perusahaan tersebut, jadi tidak hanya mendesain dengan dasar dari brief yang diberikan oleh panitia. Lain cerita dengan logo event yang sekali pakai ya sudah logo itu usianya berakhir. Corporate identity adalah logo long life...” setelah dikaji Joni Balbo-pun ikut makmum. Namun di lain sisi jika logo-logo dikerjakan oleh agency logo ternama tentu tidak akan memberi peluang bagi desainer grafis muda untuk turut ambil bagian didalamnya.
Sayembara desain logo, sebuah kesempatan bagi desainer grafis untuk mempertaruhkan nasibnya menjadi yang terdepan dan yang paling beruntung. LogoMANIax tak ubahnya dengan ribuan sel mani yang berlomba-lomba ingin menjadi yang terdepan dengan segala daya dan upaya agar dapat bersaing dengan logoMANIax lainnya untuk dapat memenangkan “tender” dan membuahi “sel telur”.
Sebagai logoMANIax apalagi pemula, kita bukan hanya bermimpi muluk-muluk untuk menjadi pemenang, tetapi hal yang wajib ditanamkan dalam jiwa adalah kita harus siap dan tahan banting untuk menerima kekalahan. Juga harus selalu sabar ketika menanti pengumuman pemenang yang dipastikan molor dari jadwal yang direncanakan panitia, dan sepertinya hal ini sudah menjadi budaya dari bangsa ini, belum lagi ketika menemukan beberapa panitia yang tidak professional, bahkan "panitia palsu" sehingga seolah-olah sebagai logoMANIax menjadi bahan permainan. Tentu sebelum mengikuti kompetisi logoMANIax harus benar-benar selektif memilih kompetisi mana yang layak diikuti dan wajib dihindari. Didalam kompetisi logoMANIax juga harus berpikir positif dan berusaha bijaksana; dengan kekalahan itu sebagai tolak ukur agar selalu mengasah tombak kreativitas agar desainnya semakin baik dan lebih baik lagi. Yang menjadi catatan disini tentunya bukan persoalan kemahiran mendesain logo dengan menggunakan aplikasi software desain tertentu tetapi yang jauh lebih penting adalah strategi, orisinalitas, keunikan serta makna, visi misi dan filosofi yang menyelimutinya.
Dari sisi penjurian, pengalaman estetik dan faktor subyektifitas juri berpengaruh besar, dalam beberapa kasus yang Joni Balbo ikuti, hanya sedikit penjurian yang sifatnya terbuka, memang kekuasaan tertinggi ada pada penyelenggara dan tangan juri tentunya. Namun menjadi masalah ketika desain pemenang pilihan para juri bagi sebagian besar logoMANIax sangatlah mengecewakan, disini kredibilitas juri menjadi taruhan tentunya. Hal tersebut mungkin ceritanya akan lain; seandainya panitia mempublikasikan usulan desain logo yang masuk ke meja panitia di web penyelenggara, ini menjadi hal penting bagi penjurian yang fair sekaligus pembelajaran bagi logoMANIax itu sendiri. Meski logoMANIax tidak memiliki hak pilih, tetapi paling tidak menjadi tahu sejauh mana perkembangan kemajuan dan keragaman desain-desain anak negeri terkini. Memang nantinya eksklusifitas dalam awarding untuk sebuah kompetisi disini seolah-olah menjadi berkurang serta lagi-lagi kredibilitas penjurian menjadi barang yang mahal.
Dari pengalaman kompetisi yang Joni Balbo lalui untuk membuat desain logo yang berkualitas, studi kasus terhadap target marketing/target audiens untuk corporate yang dilogokan wajib dilakukan, hal ini untuk menciptakan logo yang benar2 dapat mewakili branding yang dilogokan. Selain studi kasus tentu logoMANIax juga harus tahu perkembangan logo terkini, dan jangan sampai logo yang dirancang ternyata sudah ada yang menggunakannya, tentu keunikan dari sebuah logo menjadi hilang. Memang untuk mengetahui hal tersebut, logoMANIax perlu referensi yang cukup, sedangkan referensi buku tentang logo-logo dalam negeri sangatlah minim bahkan mungkin tidak ada, jika ada yang dipajang di rak toko-toko buku bergengsi berupa buku-buku import yang harganya selangit. Sebagai alternatif yang menjadi rujukan logoMANIax adalah situs logo luar negeri yang terkenal seperti rajasandu, logopond, logolounge dan sebagainya. Miskinnya buku logo menunjukkan harga logo saat ini sangatlah mahal, mungkin Anda masih ingat berapa harga logo PT. P yang konon mencapai USD 350.000 atau sekitar 3,5 milyar (ada gosip didiskon jadi USD 250.000 saja) yang dibuat oleh Landor, branding company luar negeri. Wuih angka yang sangat fantastis untuk ukuran kita. Namun menjadi ironis ketika Joni Balbo mengikuti sebuah seminar di Universitas Swasta di Jogja dimana seorang pembicara terkenal menunjukkan gambar logo yang mirip dengan logo PT.P sudah ada sejak tahun 70an dan digunakan untuk sebuah logo angkutan di Jakarta (meski tidak sama persis bentuknya) wah sepertinya Joni Balbo perlu mengecek kenyataannya di lapangan…
Melihat miskinnya buku perlogoan dalam negeri, dengan hadirnya blog dari para desainer / logoMANIax yang akhir-akhir ini terlihat mulai bermunculan, menjadikan iklim yang kondusif dan masing-masing bisa mengambil pembelajaran yang berharga, bagi yang punya blog; tentu desain di blog pribadinya menjadi ajang penjurian yang benar-benar fair dan bisa mengambil hikmah dari setiap kritikan yang dilontarkan pengunjung dan logoMANIax lainnya. Bagi pengunjung itu sendiri juga dapat belajar "menjadi juri", tentu saja sesuai dengan sudut pandang pengalaman estetis pribadinya. Selain itu hadirnya blog desain logo tentu menjadi media rujukan pembelajaran alternatif terutama logoMANIax yang tidak pernah mengenyam pendidikan perlogoan secara formal. Sekedar flashback jika kita mencoba menengok dan berpikir rasio dengan melihat kuantitas logoMANIax yang mengikuti sayembara desain Logo BEI (Bursa Efek Indonesia) atau ISL (Indonesia Super League 2008) hampir mencapai seribu, jika 1 persen dari logoMANIax tersebut mau menyempatkan membuat blog dan mempublikasikan desainnya, tentu kekayaan dari desainer Indonesia akan semakin terdeteksi sekaligus sebagai tolak ukur perkembangan dunia perlogoan Indonesia. Kehadiran blog logo tersebut tentunya menjadi tolak ukur bagi logoMANIax pemula khususnya sebelum ikut berenang berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan. Tapi Joni Balbo disini berpikir; mungkin kesibukan dan keengganan menjadi alasan utama, hal ini juga bisa dimaklumi mengingat di era layar sebuah ide dan masalah hak cipta adalah barang yang mahal, sekaligus melanglang buana di dunia maya 2 sisi menjadi taruhan tentunya, namun dibalik itu popularitas dan persahabatan dari sesama logoMANIax secara tidak langsung menjadi penggantinya…
Terakhir… satu hal yang pasti, bahwa jodoh, rejeki, menang kalah segala sesuatunya sudah ada yang mengatur, tapi "dia" tidak akan pernah datang jika kita tak pernah mencarinya… Selamat berjuang kawan LogoMANIax, semoga rejeki dari Allah SWT selalu terlimpah pada kita semua… Amin
Mungkin ada pemahaman yang keliru untuk uneg-uneg ini, atau Anda ingin melengkapi sesuai dengan pengalaman Anda? masukan dari Anda menjadi pembelajaran berharga bagi Joni Balbo pribadi, LogoMANIax lainnya, pengunjung ZIbalbogallery dan pantia penyelenggara, semoga...
Minggu, 02 November 2008
LogoMANIax
Label:
Education,
Intermezzo,
Zpezial
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
wuih.....
bisa-bisanya balbo membahasnya! sip bos, referensi kata-mu emang sip! salut!!!
tambaha bos:
menurutku kompetisi seperti ini sedikit bisa menjadi wadah pencarian bakat bagi kalangan tertentu.. namun kompetisi seperti ini memang bertujuan untuk mencari konsep desain dan eksekusi karya yang benar-benar diinginkan. so, berpikirlah jadi panitia, jadi juri, jadi konsumen, jadi audience n..jadi diri sendiri!!
masalah hadiah,royalti ato imbalan sih...ya tetep penting!!! he..he..he.
thanks komentar to me!
not for public!
eplouz sek ahh..
[plik..plok..plok..]
no comment.
wes mewakili kbh pritilan2 sg tau dewe bahas ttg iku.hehe
aku ra meh ngedit. utk penulis buku pemula sdh lebih dr cukup. selebihnya, iku tugasku menyempurnakan sbg editor.
apik.
thx smua komentarnya,
#misbahul munir;
benar sekali pendapatmu, memang kompetisi ini untuk desain yg benar2 berkualitas dari sisi eksekusi, visi misi maupun aplikasinya.
jadi panitia, jadi apapun itu bisa... tergantung kita posisi dimana n mau kemana...:)
#anonim (agung)
yup, smoga rencana untuk nulis buku segera terealisasi. amin
Posting Komentar