Sejak genderang perang kampanye capres ditabuhkan, mata dan telinga kita tak asing lagi melihat dan mendengar slogan-slogan; “Pro Rakyat”, “Lanjutkan !!” dan “Lebih Cepat Lebih Baik” yang digaungkan oleh para calon petinggi negeri ini dan telah menghiasi ruang-ruang publik maupun di pelbagai media. Tak lain dan tak bukan, semua bertujuan untuk meraih suara terbanyak dari rakyat dan mengantarkan capres dan cawapres menuju puncak tangga dalam pemilu beberapa hari mendatang.
Ya.. bermain kata dalam slogan memang mengasyikkan; selain enak didengarkan, bermakna bila diwujudkan, bahkan diplesetkan-pun tetap mengasyikkan.
Bagi “pemiliknya”; slogan memang memberi spirit dan pengaruh yang luar biasa; dan masyarakat kitapun sepertinya sudah kenyang dengan slogan-slogan yang menjejali berbagai media, baik yang bermuatan politik maupun mengarah pada budaya konsumtif.
Joni bukanlah ahli politik, jadi tak akan membahas slogan dari sudut pandang politik, karena kapasitas Joni Balbo di Zibalbogallery sebagai blogger, maka akan memandang slogan dari sudut pandang blogger pula. Dan postingan kali ini hanyalah share dan berbagi pengalaman dari Joni untuk Anda, khususnya bagi Anda yang sama-sama senang bermain kata-kata maupun Anda yang akan merencanakan slogan dalam sebuah blog.
Menurut Anda, seberapa pentingkah slogan dalam sebuah blog?
Bagi Joni Balbo pribadi, slogan sebagai bagian dari identitas sebuah blog, ketika merencanakannyapun sama pentingnya dengan memilih headline, tagline, warna template, logo blog, serta pernak-pernik yang menyertainya. Sebagai sebuah pesan, slogan dalam blog berfungsi menanamkan visi dan misi yang hendak dicapai pemilik blog dan ingin ditunjukkan pada blogger lainnya. Sebagai contoh terdekat; pemilihan slogan Zibalbogallery; dicipta Pencipta, untuk mencipta, secara jujur Joni mengutip dari beberapa referensi yang dikompilasikan, disederhanakan dan diformulasikan sesuai dengan tujuanku dalam membangun Zibalbogallery. Berdasar pengalaman, memang ada beberapa teman mengganggap sloganku terdengar arogan, atau mungkin terlalu berani, tapi bagi Joni pribadi memaknai slogan tersebut bahwa; sejatinya manusia diciptakan Pencipta memang untuk selalu terus berkarya dan mencipta. Contoh lain berdasar pengalaman pribadiku adalah panggilan hoki “Balbo” dari teman yang awalnya hanya sebuah panggilan, namun dalam perjalanannya Joni menjadikannya sebagai bagian dari visi dan misiku untuk memberi warna gallery ini. Memang untuk mewujudkan “baladewa” sampai sekarangpun secara jujur Joni mengakui tidaklah gampang, apalagi bermain slogan di dunia maya di tengah ketatnya kompetisi, beberapa komentar miringpun kadang menghampiri, meskipun dikritik, tetap enjoy aja, toh ini juga bagian dari visi misiku untuk terus belajar menjadi baik dan lebih baik lagi... : )
Slogan dalam konteks blog dapat diartikan sebagai wujud proses perpindahan informasi, gagasan dengan menggunakan simbol kata-kata singkat yang merangkum dari visi dan misi kita kepada orang lain. Maka perencanaan slogan dalam blog, kita harus benar-benar memahami tujuan utama kita dalam membangun blog, kita juga harus dapat menganalisis dan merencanakannya “dengan baik”. Karena slogan sama pentingnya dengan semua elemen tanda dalam sebuah blog, maka kita harus menemukan api dan semangat yang menunjukkan visi dan misi kita kepada orang lain; keyakinan, keberanian dan kegembiraan; ringkasnya semangat kita dalam mengobarkan gelora visi dan misi kita diupayakan tercermin dalam sebuah blog.
Slogan seperti halnya dalam komunikasi persuasif, bagi orang lain memang harus meyakinkan. Sedangkan untuk mencapai hal tersebut kita harus membangun kredibilitas. Dalam buku “I See What You Mean”, D. Joel Whalen mengutip daftar rahasia komunikasi dari para pemikir Yunani kuno adalah sebagai berikut; Orang yang berkredibilitas tinggi memiliki tiga karakteristik; yaitu keahlian; dapat dipercaya dan beritikad baik. Orang-orang Yunani kuno memiliki persuasi terbaik, seperti halnya Aristoteles mengajarkan muridnya bahwa komunikator ideal adalah “seorang manusia dengan maksud baik, memiliki reputasi dan kepribadian baik”, sedangkan tiga pilar yang membangun komunikasi persuasif yaitu; logos (low-goes) – logika dan penalaran, pathos (path-ohs) - gagasan emosional, yang menarik bagi manusia, ethos (eeth-ohs) - reputasi dan kepribadian pembicara.
Hem… Joni yakin Anda punya persepsi sendiri untuk mengartikan kemudian membenarkan pemikiran tersebut, dan sepertinya perancangan slogan dalam blog idealnya diupayakan mengandung elemen-elemen yang mengomunikasikan ketiga faktor tersebut.
Tapi kembali ke personalnya, sehebat atau sebagus apapun slogan yang telah dipilih dalam sebuah blog, jika tidak diimbangi komitmen pemiliknya, tentu slogan hanya akan menjadi slogan semata… (*tidak gampang mewujudkannya memang)
So, mungkin Anda punya pandangan lain tentang pentingnya slogan dalam sebuah blog?
Mari bertukar pikiran dan semoga kita bisa saling belajar untuk menjadi baik dan lebih baik lagi…
Selasa, 30 Juni 2009
Sloganku & Sloganmu BERADU
Rabu, 10 Juni 2009
“KUNTUM”, Keberuntunganku Beruntun
Menebak rejeki memang seperti menebak buah manggis, susah-susah gampang dibuatnya.. Setelah "menggebu-gebu" dan optimis untuk dapat bersaing di beberapa kompetisi nasional di antaranya; sayembara logo & brand image pariwisata kota Pagar Alam (logo tidak dipublikasikan), BIA 2009 dengan jagoan “BESANS”, dan slogan Suramadu, namun berakhir dengan kabar "biasa saja" alias “kusudah kebal mendengarnya” :-).
Tak disangka, tak diduga rejeki itu rupanya datang dari penjuru yang lain, dari kompetisi yang lebih didasari "semangat berpartisipasi dan mencoba peluang"; yakni lomba logo majalah “Kuntum” Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Alhamdulillah… Ya Allah…
Di atas info pemenang lomba logo kuntum diambil dari majalah Kuntum edisi Juni 2009. Tertulis dengan jelas Juara satu tidak ada. Menurut panitia; pemenang pertama tidak ada, dikarenakan desain yang masuk ke meja juri gak ada yang layak untuk menjadi juara pertama (*mungkin jurinya memang benar-benar sangat selektif).
Dan alhamdulillah kolaborasi nama barat dan timurku berada di urutan ke dua dan di posisi ke tiga, Bima Surya Pamila.
“Kuntum” benar-benar keberuntungan beruntun, setelah berjaya di Gadjah Mada dan kenal dengan pemenang kedua lomba logo 60 tahun UGM bernama Bima, kemudian berlanjut di chatingan YM dan sempat terucap kata bernada harapan, rodo nantang, guyon sekaligus basa-basi antara Joni dan Bima; “semoga kita bisa bertemu lagi di Kuntum Bim”, rupanya hal itu benar-benar menjadi kenyataan, dan alhamdulillah... sejarah kamipun terulang…
Bima Surya Pamila adalah designer grafis dari Petakumpet yang bergelar “Desainer Manual Langitan” wew… gelar yang Mantaps!
Ayo Bim, terus berkompetisi lagi…! dan semoga, kita selalu bertemu pada kompetisi-kompetisi berikutnya, harapannya semoga selalu pada posisi jawara :-) Amien…
Logo di atas adalah logo majalah Kuntum hasil ramuan Joni Balbo dalam versi warna, dengan konsep bulan sabit dan “kuntum”, benar-benar membawa keberuntungan yang beruntun.
Semoga keberuntunganku ini selalu keberuntungan yang terus beruntun, bagi Joni pribadi dan bagi Anda semua; tamu-tamu terhormat di Zibalbogallery…
amien…
Minggu, 07 Juni 2009
Seni Instalasi di Spelanta
Hidup adalah proses pembelajaran dan perjuangan yang tak kenal lelah dan menyerah…
Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu hidup menjadi lebih maju dan mudah, serta dengan seni; hidup akan menjadi lebih indah.
Lalu bagaimanakah mengajarkan seni dengan cara yang terarah, mudah dan indah? Ya.., pada postingan istimewa kali ini, Joni Balbo akan berbagi sedikit pengalaman tentang bagaimana mencoba mengupayakan dan menerapkan itu semua dengan cara yang "menyenangkan".
Sekedar untuk dimengerti pengunjung Zibalbogallery; bahwa blog ini dibangun salah satunya dilatar belakangi “konsep Zi”; yaitu semangat belajar dan mencoba mengajarkan pada diri sendiri tentang “bagaimana belajar menjadi baik dan lebih baik lagi?”.
Bukan bermaksud untuk menggurui, namun karena di dunia nyata, Joni berprofesi sebagai pengajar (meski bukanlah guru terfavorit, tapi saya berupaya menyenangkan di tengah-tengah murid-muridku :) jadi mohon dimaklumi bila “suasana kelas” terbawa pada postingan kali ini… :)
Jika beberapa bulan lalu Joni Balbo memosting karya poster kelas 8 (Parade Poster Karya Siswa Spelanta), maka pada edisi “mendidik dan mengajar” kali ini, Joni akan berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mengajarkan proses berkesenian (khususnya seni instalasi) untuk para ABG di sekolahan..?
Berikut laporannya…
Jika di antara Anda ada yang berprofesi sebagai pengajar, maka memberi contoh konkrit dan mendemonstrasikan di depan kelas, saat proses pembelajaran berlangsung, adalah cara yang “mengagumkan” dan menyenangkan dalam pandangan murid-murid.
Mendemonstrasikan karya seni instalasi pribadi, memberi contoh yang bersumber dari internet dan menampilkannya lewat media LCD, atau dengan memberikan contoh foto-foto seni instalasi terkini, hingga sampai bagian pokok pelajaran yaitu memberi penjelasan tentang pengertian dan manfaat mempelajari pelajaran yang dimaksud, akan memberikan cakrawala yang luas, bahwa belajar seni “yang baik” adalah yang mampu menyentuh semua lini kehidupan.
Metode selanjutnya yang saya terapkan di kelas adalah dengan membagi tiap kelas menjadi beberapa kelompok (1 kelompok terdiri dari 6 siswa), pertemuan demi pertemuan diupayakan efektif, karena jumlah jam pelajaran seni di sekolah hanya 1 jam / 40 menit untuk tiap minggunya (menyedihkan memang).
Biasanya sebelum pelajaran serius dimulai, saya kadang berbagi pengalaman pribadi, serta berbagi info dan cerita lucu yang didapat dari internet, kadang joke2 konyol dan garingpun menjadi menu warming up dalam proses pembelajaran. Dengan cara seperti ini, saya sangat mengerti bahwa siswa pasti akan merasa senang mendengarkannya (saya bisa bicara seperti ini berdasar pengalaman di kelas ketika melihat ekspresi wajah mereka saat mendengarkan kegagalan saya dalam berkompetisi, apalagi sebuah kemenangan).
Setelah itu semua dirasa cukup, saya kemudian mengharuskan anak-anak untuk berdiskusi di setiap kelompoknya dengan durasi 5-10 menit, hingga akhirnya saya menghampiri masing-masing kelompok dan melakukan share dan brainstorming untuk memperkuat konsep tentang karya yang mereka rencanakan. Memberikan kebebasan mereka memilih tema sesuai dengan selera kelompoknya, serta memberikan kebebasan berpikir sesuai jiwa remaja dengan tidak terlalu “mendekte” adalah bagian upaya menumbuhkan kreativitas “tanpa batas”. Mengajak siswa berpikir krtitis terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar adalah salah satu tujuan dari pembelajaran ini. Dengan cara mengadopsi bimbingan ala skripsi seperti apa yang pernah saya alami di perguruan tinggi, dan mengajarkan bagaimana cara menyusun konsep laporan secara sederhana, hingga proses berkarya sampai mengujikannya di depan penguji merupakan bentuk pertanggung-jawaban dari sebuah proses pembelajaran yang menantang.
Jika sebagian dari Anda pernah menjalani ujian skripsi, kurang lebihnya begitulah cara saya menguji murid-muridku, karena kapasitas mereka sebagai pelajar kelas 9 (kelas 3 SMP), tentu ujian dilakukan tidak “seekstrim” di perguruan tinggi, alias dilakukan secara berkelompok. Di depan guru penguji, masing-masing siswa dari setiap kelompok diminta mempresentasikan proses kreatif hingga demonstrasi dengan ending tanya jawab dan debat pendapat menjadi bagian yang seru di episode ini. Dalam ujian akhir, untuk membuat ujian “benar-benar ujian”, Joni menggundang Mr. Ali Antoni, teman guru dari luar sekaligus berprofesi sebagai seniman dan budayawan yang memang pakar di bidangnya.
Luar biasa anak-anak berpendapat dan memainkan bahasa simbol sesuai dengan perspektifnya, banyak ditemukan siswa-siswi piawai beradu argument dan berpotensi menjadi “seorang ahli di kemudian hari”, sesuai dengan minat dan keahliannya pada mata pelajaran tertentu dan hal ini kadang yang membuatku tecengang, hingga akhirnya sayapun dengan jujur justru banyak “berguru” dari mereka :)
Untuk ukuran pelajar SMP, karya-karya mereka menurutku sudah luar biasa, baik dari segi konsep maupun visualnya.
Seperti apa saja karya mereka? Berikut karya-karya seni instalasi terpilih dari siswa-siswi Spelanta (SMP N 9 Yogyakarta)
Karya Satya CS dari kelas 9D; diilhami dari “runtuhnya” perekonomian Amerika yang mempengaruhi dampak perekonomian global. Karya dengan mengadopsi permainan domino yang berbahan kardus bekas yang dibentuk dan dirangkai menjadi balok-balok berjumlah belasan, mulai dari balok yang berukuiran 25 cm x 25 cm x 10 cm, hingga balok yang berukuran 150 cm X 150 cm x 20 cm. Untuk mendukung konsep perekonomian, maka “disebarkan” uang seribuan hingga ratusan ribu rupiah di antara balok-balok simbol berbagai lambang negara di dunia. Sebagai bagian akhir presentasi agar lebih dramatis, diakhiri dengan demonstrasi karya tersebut dirobohkan dari balok berukuran besar (simbol bendera Amerika) sehingga “menimpa” balok-balok yang lebih kecil di depannya.
Tema pemanasan global paling sering muncul pada karya seni instalasi ala Spelanta kali ini, dengan berbagai visualisasi yang beragam, misalnya karya Andy Setia cs dari 9F yang lebih menyerupai seni patung, dengan membuat globe dari bola plastik dan patung tangan yang sedang menyalakan korek api dan “membakar” bumi. Juga karya dengan konsep lapisan ozon yang berlubang dengan menggunakan dua bola plastik dengan ukuran yang berbeda tampak pada karya Yanwar cs kelas 9B. Ada juga globe tiruan dengan konstruksi rangka kawat yang di dalamnya berisikan balon kemudian pada bagian akhir presentasi dilakukan ritual meledakkan "balon bumi" tersebut dengan pompa angin.
Tema kebakaran hutan juga muncul dari kelas 9C, dengan ending presenstasi karya benar-benar dibakar, yang menggambarkan kasus kebakaran hutan di beberapa daerah di Indonesia.
Pengalaman exotic erupsi gunung Merapi juga menjadi sajian yang menarik pada ujian kali ini, yaitu karya M. Hasbi Cs. dari 9B; dengan membentuk miniatur gunung Merapi dari rangka kawat yang didalamnya terdapat botol kemudian dilapisi bubur koran bekas. Dengan bagian akhir demonstrasi memasukkan cuka kedalam “gunung” yang berisi soda abu, sehingga menimbulkan “erupsi lahar”, simulasi meletusnya gunung Merapi terwakilkan pada karya ini.
Konsep kerusuhan antar suporter sepak bola tampak pada karya Ade Fadil CS. dari kelas 9E. Persepakbolaan Indonesia yang mengalami kemunduran, ditambah sering terjadinya kasus kerusuhan antar suporter saat kompetisi lokal berlangsung. Kerusuhan yang dalam pandangan anak-anak kelas 9E akan dapat menurunkan martabat persepakbolan Nasional di mata dunia divisualisasiakan dengan replika stadion sepak bola. Dengan pendukung konsep menggunakan kelereng yang berwarna warni yang “diletakkan” pada tempat duduk dengan kemiringan tertentu, kemudian dengan demonstrasi membuka batas pagar sehingga terjadi benturan-benturan antar kelereng yang merupakan simbolisasi saat terjadinya kerusuhan antar suporter sepakbola di Indonesia.
Konsep budaya lokal yang mulai pudar akibat pengaruh globalisasi, kesenjangan antara masyarakat miskin dan kaum borju, hingga pencurian budayapun hadir di sini. Salah satu karya tentang keprihatinan "hak paten" divisualisasikan dengan patung kancil yang “membawa batik” dan sedang melompat dan menyeberangi dua negara.
Tema pemilu seperti tampak pada karya Riris Cs. 9E merupakan bentuk “penyindiran” dari para calon legislatif, yang saat pemilu berlangsung begitu gencar tebar pesona. Dengan menggunakan media yang sederhana, yaitu bola plastik yag dicat kuning “ngejreng” dengan bibir merah yang "ndobleh", tiruan kepala yang lebih menyerupai maskot tersebut memakai peci dan dasi, melambangkan caleg yang sedang “mengobral” janji.
Tema keragaman budaya bangsa juga tervisualisasikan di sini, yaitu tampak pada karya kelas 9D, dengan media botol yang diisi air beraneka warna dan dengan ketinggian air yang berbeda, sehingga ketika botol tersebut dipukul menghasilkan nada-nada yang harmonis, yang melambangkan keberagaman budaya Indonesia. Perpaduan antara resonansi dalam ilmu fisika, seni musik, seni rupa dan budayapun berpadu di sini.
Kembali ketema pencemaran udara, namun dengan visualisasi yang unik, terdapat pada karya Hasbi cs kelas 9B, yaitu dengan memasukkan miniatur kota ke dalam aquarium, pada bagian dasar aquarium dihubungkan dengan dua buah selang, satu selang dihubungkan dengan botol berisi air susu dan satunya lagi dihubungkan dengan botol berisikan solar. Pada bagian demonstrasi tampak atraktif sekali. Air yang jernih melambangkan udara yang bersih, munculnya gelembung-gelembung solar dari dasar aquarium kemudian membentuk "lapisan ozon", dan pada bagian akhir, air susu dipompakan sehinggah air dalam aquarium menjadi keruh, sebagai gambaran pencemaran udara di suatu kota tampak benar-benar nyata.
Terpilihnya Obama sebagai presiden keturunan kulit hitam pertama di Amerika juga diangkat dalam karya seni instalasi di Spelanta. Visualisai Obama dari mannequin yang “didandani” ala malaikat, menurut Dealina Cs dari 9A merupakan simbol kesetaraan ras di Amerika.
Juga tema-tema lainnya, misal konsep "masa lalu" dengan visualisasi jam dinding yang di bongkar pasang sehingga jarum jamnya berjalan berlawanan. Juga tema simulasi gempa bumi di Jogja, kasus lumpur Lapindo, kasus kebocoran kunci jawaban UAS di beberapa sekolah di daerah, suap-menyuap dalam kampanye, korupsi hingga perang Israel & Palestina yang pernah berkecamuk tak luput dari tema seni instalasi di Spelanta. Karena keterbatasan gallery ini, beberapa dokumentasi dari karya tersebut tidak dipublikasikan di sini, kiranya karya di atas cukup mewakili dari tema postingan “mendidik dan mengajar” kali ini. Semoga..
Sebagai penutup; melalui Zibalbogallery; dicipta Pencipta, untuk mencipta, saya atas nama Guru mengucapkan salut dan bangga pada siswa Spelanta… BRAVO SPELANTA! :-D
Demikian pengalaman mengajarkan seni instalasi ala Spelanta yang dapat Joni bagikan, kritik sekaligus saran sangat diharapkan, dan semoga apa yang sedikit ini bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pengajar seni dan pendidikan seni tingkat menengah di negeri ini…. Amien
Best Regards,
Joni Balbo