Minggu, 13 September 2009

Antara Cinta, Pelampiasan, Kompetisi & Ngeblog


Kadang Allah menunjukkan “jalan yang benar” bagi umatnya dengan cara yang berliku, aneh, gak masuk di akal, dalam pikiranku mungkin terlihat konyol waktu itu, namun ternyata di balik semua itu tersimpan pengalaman proses perjalanan hidup yang bagiku sangat luar biasa… Dan postingan ini sebetulnya sangat personal sekali, yang sudah lama ingin kutuangkan dalam diary kompetisiku ini.. namun Joni baru merasa enjoy dan berani membaginya sekarang, di saat aku merasa jauh lebih baik sebelum aku mengenal blogging…

Banyak orang ngeblog dilatar belakangi berbagai hal dan kepentingan, ada yang ingin terkenal dengan memperluas jejaring, sarana ekspresi diri dan bernarsis ria, membagikan info/ilmu pada orang lain dan untuk personal branding, bahkan banyak juga yang menjadikan nge-blog sebagai aktivitas utama sebagai sarana untuk mencari penghasilan melalui bisnis online. Namun bagi Joni Balbo pribadi alasan utama ngeblog adalah PELAMPIASAN !!! yaah.. pelampiasan… !!!

Sejak tahun 2007, ketika aku baru mengenal blogging pertama kalinya, pernah terbesit jika kelak aku telah berhasil melampiaskan dan memperoleh apa yang kuinginkan, aku akan mencoba menarik benang merah dari bunga rampai pengalamanku, hingga orang yang dulu “meremehkah aku, mencibirku, mengacuhkan aku” akan mempercayai terhadap apa yang telah kulakukan ini, demi sebuah pengakuan, demi sebuah proses dan demi pelampiasan cinta…

Cinta, kata para pujangga adalah anugerah dan begitu banyak orang mengartikannya, hingga banyak orang buta karenanya… termasuk aku, bagiku cinta tak pernah bisa kupahami, bahkan membuatku jadi “gila” dan amat menyiksaku waktu itu…

Siapa yang tak pernah jatuh cinta, kuyakin Anda pasti mengalaminya bukan? tp bagaimana jika cinta itu tak pernah terbalas? bagaimana jika cinta itu ternyata direbut oleh teman sendiri, teman yang waktu itu sangat aku percayai, sampai suatu pagi aku memergoki mereka bermesraan di depan mataku.. oh.. ;(( Hingga bagaimana jika cinta itu harus jatuh pada orang yang seharusnya tak mungkin aku miliki.. ;(( sakit, perih, campur aduk… selalu menyakitkan waktu itu…
Besarnya rasa cinta pada orang2 yang kusayangi justru menyiksa dalam jurang batinku waktu itu, “Persetan! Kenapa gadis itu berubah total, begitu aku mengatakan cinta, kenapa kau mengkhianatiku? kenapa aku harus melihatmu bahagia dengannya..? Kenapa aku harus jatuh cinta padanya, pada orang yang berhati beku, kau bisu.., kau angkuh "memutuskanku", kenapa dan kenapa?” Rentetan pertanyaan misteri yang selalu menghinggapi dan tak pernah terjawab di tengah kepolosan hidupku kala itu… Marah! kecewa !! nggak terima !, campur aduk jadi satu... “Cinta-cinta, deritanya tiada pernah berakhir…” kata Patkay dalam legenda China…

“Ikhlas dan terus berupaya berpikir postif” saran dari orang-orang bijak. “Ikhlas” kata yang sejuk, tapi bagiku untuk mengaplikasikan dalam kehidupan nyata butuh proses yang panjang. Menjadi orang yang berlapang dada bagiku tidaklah gampang, bahkan karena cinta, dua tahun yang lalu aku makin menjadi orang introvert, perenung, tak punya gairah dalam hidup.. waktu itu bila aku melihat wajahku di cermin selalu merasa lebih tua dari usiaku… (*kenyataannya sekarang memang juga sudah tua)

Pada sebuah masa, puncak akumulasi dari kekecewaan, kepenatan dan kebosanan hidup yang aku alami, aku pernah hengkang bermodal nekat untuk membunuh kepenatan hidup, dalam waktu seminggu aku melakukan perjalanan dari Jogja – Semarang – Surabaya – Situbondo, tujuan utamanya hanya satu, untuk melampiaskan kepenatan yang waktu itu serasa membebani hidupku.. jika aku mengingat petualangan itu.. “ah.. nekat betul aku ini…” menyusuri kota-kota yang selama ini belum pernah aku singgahi, semua kulakukan sendiri dan hanya dengan bantuan komando sms dari kawan2 terbaikku.
Sekarang kalau aku berpikir ulang, mungkin kalau tidak nekat dan karena “pelampiasan cinta”, aku tak mungkin sampai di kota Semarang – Surabaya - Situbondo dalam waktu yang beruntun, dan tujuan utamanya; pelampiasan, meskipun "kubalut" dengan bahasa silaturahmi mengunjungi kawan2 lama di kota-kota itu…


Suatu hari di ujung timur pulau Jawa, aku berkunjung ke rumah teman kuliah semasa di Jogja, aku memintanya mengantarkanku ke bentang alam terindah di Situbondo. Pasir Putih adalah sasaran waktu itu… Di pagi yang cerah mentari menyinari selat Madura, hamparan pasir putih tulang kecoklatan bak beludru di sempadan laut dan daratan, riak-riak air berkilauan memantulkan cahayanya, sementara kapal-kapal bercadik berwarna-warni bertandang di bibir pantai yang berlatar belakang nyiur kelapa melambai dan bukit hijau nan elok. Kulihat di antara kapal-kapal bercadik, ditambatkanlah lusinan kano yang memang disewakan untuk para pengunjung dan "penakluk" pantai. Kulihat juga di selat itu ada anak seusia SMA begitu asyiknya naik kano, hingga aku terbesit untuk menantangnya berlomba... (*Sebelumnya aku gak pernah tahu yang namanya “kano” itu seperti apa? apalagi menaikinya...), dan waktu itu karena sulutan pelampiasan aku memberanikan diri “berkano ria”, yg saat itu tak pernah terbayangkan dalam hidupku… mendayungi selat Madura.
Di tengah asyiknya berselancar temanku lebih memilih menunggu di daratan sambil berteriak-teriak; “Jon… Jon… Jonnn....!!! edan koe.. hey..!!! hooeey...!!! ojo adoh-adoooh… !!!” sementara aku tetap mengayuh dayungku dan tak sedikitpun mempedulikan suaranya... laju dayungku begitu kencang
hingga sampai 2 km lebih dari jarak bibir pantai Pasir Putih tak kusadari... di tengah lautan itu aku mengumpat sepuasku.. "ARRGGGHHHH...........!!!"
Bila mengingatnya, aku sekarang berpikir
Gila', andai aku nggak bisa berenang dan tiba-tiba ombak besar datang, mungkin aku akan tenggelam dalam kedalaman dan dimakan hiu yang mungkin berlalu-lalang di bawahku waktu itu...


Menikmati sunset di selat Madura, bermain istana pasir dengan anak-anak kecil yang masih polos, telah mengurangi kepenatanku waktu itu.. serasa luntur bebanku.. Beberapa hari berikutnya setelah masa hengkangku itu, aku kembali ke Jogja. Rasa memang tak pernah berbohong, rasa sakit campur aduk itu masih terus mengikutiku di kota ini, antara aura negatif dan positif selalu berperang dalam batinku, “persetan kau..!!! tapi buat apa meratapi nasib dan menyesalinya?” mencoba untuk selalu mendekatkan diri padaNYa, ya.. itu saran dari orang2 bijak, bukankan Tuhan telah mengajarkan pada umatnya untuk tidak jadi perenung yang selalu menggerutu dan meratapi nasib? Benar, buat apa aku terus memaki-maki “batu” yang selalu membisu. Salah satu cara yang kupilih untuk merubah haluanku tentang cinta, bagaimana aku bisa melupakan, menaklukkan cinta, membalas dendamku dengan caraku, mengalihkannya, yakni dengan KOMPETISI.. yaah.. kompetisi sebagai bagian dari caraku untuk melampiaskan cinta yang telah menyiksaku…

Kompetisi telah mengalihkan akan masalahku, ia mengajariku untuk lebih banyak belajar menerima kekalahan, belajar menjadi baik dan lebih baik lagi serta untuk tidak pernah menyerah. Jujur harus diakui, berkompetisi di dalam negeri memang lebih banyak kekecewaan yang ditemui, kecewa bukan karena tidak menang, tapi karena panitia jarang yang bisa bersikap konsisten dengan apa yang telah ditentukan, cenderung sak geleme dewe, "curang", tidak adil, dsb. Namun jika aku waktu itu yang kupikirkan semata-mata "hanya untuk menang", mungkin sejak dulu aku berhenti dan tidak akan pernah ikut lagi dengan namanya kompetisi di dalam negeri. Apalagi dilihat dari segi waktu dan biaya, mengirim karya dengan cara konvensional kalau dikaji ulang, mungkin akan banyak ruginya, bisa dibayangkan untuk membuat karya dalam bentuk print out, bahan pendukung sampai dengan jasa pengiriman pos ekspress, bisa merogoh kantongku antara 30 – 50 ribu setiap kali pengiriman. Jika dikalikan dengan puluhan kompetisi yang kuikuti, mungkin sejak dulu aku sudah kapok !!! dan terhenti...

Menerima puluhan kali penolakan/kekalahan memicuku untuk "balas dendam", ambisi menang telah menjadi nafsu setan dalam tubuhku… membuatku semakin “bernafsu”, juga jadi simbolisasi untuk terus mengibarkan bendera kemenangan, sekaligus makin meleburkan dan melupakan masa lalu..
Dalam batinku kala itu; aku selalu yakin bahwa suatu saat aku akan menaklukkan dan membuktikannya di Zibalbogallery..

suatu hari ada yang berkomentar cukup pedas di galleryku ini,
X; "Buat apa mengikuti kompetisi logo di dalam negeri ?, capek!, mending ikut di luar sana, lebih fair lebih n … …"
XX; "Logo-logo Anda cacat semua.. ngaku-ngakunya baladewa, saatnya buka mata lihat dunia..."
XXX; "Aduh mas, masak logo kayak ekor ikan paus, logomu payah n maksa banget.. jelek, kl gak mau dibilang parah, kaku, n bla… bla…

Belum komentar lain yang tak perlu aku tuliskan di sini, yang mungkin kl dimasukan hati bisa membuatku sedari dulu terhenti dari arena ini…
Mencoba berpikir positif adalah cara untuk terus mengoreksi diri (*meski dalam hati tidaklah gampang menerimanya…)
dan mengikuti kompetisi desain di dalam negeri tak pernahku absen darinya..

Siang itu di kala aku pulang dari tempat kerja, aku langsung masuk kamar buru-buru menghidupkan komputer kesayanganku dan mulai online, rasa penasaran membuatku tak sabar ingin segera melihat pengumuman pemenang kompetisi yang ku ikuti ke-25 kalinya, yakni lomba logo 60 tahun UGM di situs www.ugm.ac.id, yang memang jadwal pengumuman pemenangnya di hari yang menyengat itu...
Betapa kagetnya ketika kulihat di web kampus bergengsi itu terdapat nama yang begitu akrab di telinga dan mataku, dengan jelas tertulis nama dengan headline bombastis pula di sana, pandangan mataku makin kudekatkan di depan layar monitor, mataku kukerutkan, kupelototkan, kukedipkan berulang-ulang dan
kukucek-kucek untuk memastikan aku tidak sedang bermimpi, tangan kananku gemetaran memegangi mouse, jantungku berdetak kencang dan makin kencang... aku terus memastikan ini NYATA, yah ini bukan mimpi.. ini NYATA.. aku melompat sekuat tenaga.. dan berteriak histeris “AKU MENANG… AKU MENAAANG… AKU MENAAANG…!!! Hingga aku tertunduk tersujud syukur.. terpaku.. terharu.. ingin menangis tapi tak mampu... setahun aku menunggu dan ingin mewujudkan mimpiku itu.. yah saat itu aku bagai di puncak bukit mimpi menjadi nyata yang selama ini aku daki… (Allah mungkin sangat kasian padaku, hingga Dia mengabulkan doaku... alhamdulillah...)

Beberapa menit berlalu, kusandarkan punggungku di tembok kamarku, kuselonjorkan kakiku perlahan-lahan, aku mulai menghela nafas... kuambil handphone di atas meja itu, lalu jariku sibuk memainkan keypad-nya untuk memberi kabar bahagia pada orang-orang yang selama ini mensuportku, sms
balasan simpatipun beruntun, juga ucapan selamat dari kawan2 di YM menyerbuku.., aku lihat juga blog kesayanganku mendadak traffic counter-nya naik drastis… dan aku hanya tersenyum..
Kemenangan waktu itu sungguhlah aku maknai teramat dalam; simbol pelampiasanku terhadap sebuah kekecewaan sepertinya terbayar, bukan terbayar dari segi nominal
hadiahnya, tp terbayarnya atas ambisiku yang sejak pertama kali kuputuskan dan kuproklamasikan dalam visi dan misiku di blog ini..

Kekalahan bertubi-tubi telah mengajariku untuk jangan pernah jadi pecundang. Jika dari Anda mengikuti perkembangan blog ini sejak kubangun satu setengah tahun lalu, mungkin akan tahu bagaimana perjalanku untuk dapat berdiri di sebuah puncak kemenangan, hingga orang-orang yang pernah mencibirku, menganggapku orang yang goblog tapi sok tahu, akan mengatakan “hidup Joni.. !!! kau hebat ! kau telah berhasil mewujudkan mimpimu... dalam benakku aku hanya tersenyum, "aku berhasil melampiaskannya... yah aku telah berhasil...!!!"


Waktu kini telah berlalu, kedunguanku akan cinta masa laluku telah
terlampiaskan… dan perlahan mulai terkubur di tengah makin gencarnya persaingan di dunia yang telah aku pilih; dunia kompetisi.. dan aku tak ingin, terhenti...

Blogging & kompetisi mengajariku untuk berupaya berdiri tegak di atas gelombang, menjadi lebih baik dan lebih baik serta lebih dewasa, menggembleng, mendidik dan menghargai akan sebuah proses, bahwa hidup tak boleh menyerah, meskipun luka di kaki teramat sangat. Seperti sebuah kata bijak; tak ada seorang ksatria perang yang tak pernah terluka, tak ada balita yang belajar berjalan, tak pernah terjatuh hingga keseimbangan mengajarinya menjadi orang yang tangguh…

Terima kasih ya.. Allah.. Kau telah menunjukkan makna hidup dengan cinta… Terima kasih untuk orang-orang yang telah membuatku seperti ini dan telah menunjukkan jalanku, serta terima kasih untuk orang-orang yang telah menolongku di saat aku merasa dalam badai keterpurukan, semoga kebaikanmu selalu mendapatkan balasan dariNya… amien.

Cinta, Pelampiasan, Kompetisi & Blogging telah mengajarkan arti cinta, bahwa tiada yang salah dengan cinta, dan ia memang tak selamanya harus memiliki, meski untuk memaknainya membutuhkan proses yang panjang, berliku dan terjal. Kekalahan dan kemenangan telah menginspirasi blogku ini untuk terus bergelora.. sebab hidup bukanlah diam.. melebarkan sayap dan terbang. Walaupun sayap ini tak akan pernah sempurna, aku selalu percaya bahwa kelak aku akan dapat terbang seperti elang bermata tajam... insyaallah

Tulisan ini hanyalah sampah pelampiasan yang kuabadikan dalam sejarahku, mungkin Anda melihatnya serasa lebay, narsis, sadis, romantis, melankolis... atau apapun… namun bagiku; Aku begitu LEGA, yaa.. aku leggaaa... menuliskannya...

Nanti, besok, pekan depan, bulan depan, tahun depan atau kapanpun jika aku masih diberi umur panjang, bila aku kembali membaca diary kompetisiku ini, aku yakin kan menertawakan diri.. sambil bergumam "walah Jon.. Jon.. ngopo e.. koe kui? sampai segitunya? Gila loe ya? WONG EDAANN !!! orang yang aneh! Dan aku kembali tersenyum kemudian tertawa lepas... ha..ha..ha.. ha... :))))
aku telah berhasil melewati masa-masa itu...

====================================================================
*untuk orang-orang yang pernah aku cintai, terima kasih.. semoga kau selalu berbahagia hidup dalam dunia dan keluargamu.. salam untuk anakmu dari Omnya ini…
*untuk orang2 yang pernah aku cintai; maafkan jika aku harus menuliskan ini... maafkan, demikian juga aku telah memaafkan kesalahan2mu… andai aku piawai memainkan gitar akan kunyanyikan tembang “Hanya Ingin Kau Tahu” dari Republik untukmu...
*untuk teman maya/nyata yang telah menolongku di tengah keterpurukanku.. aku kirimkan lagu spesial;
“You Raise Me Up” dari Josh Groban sebagai tanda terima kasihku untukmu semua.. thx for all…

kaji dan pahami lebih dalam...